Jumat, 22 Juli 2011

Siapakah yang disebut pemuda dan dewasa?
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. seperti dalam pepatah ini,

Siapakah Pemuda?? Pemuda adalah orang yang mengatakan inilah saya dan bukan mengatakan ini bapak saya

Mendengarkan hal tersebut sedikitnya membuat saya kaget. Berarti untuk menjadi seorang pemuda bukanlah segampang membalikkan telapak tangan, karena untuk mencapai titel seorang pemuda kita harus bisa terlebih dahulu mengatakan inilah saya.. Dan sekali lagi umur tidak dapat mengatakan bahwa seseorang adalah pemuda…


“Jadi tua itu pasti, jadi dewasa itu pilihan” ataukah “Yang muda yang di percaya”. kita tak dapat menghindari kepastian bertambahnya usia untuk semakin tua tetapi apakah semakin tua kita semakin dewasa? Benarlah, itu memang pilihan. Jika di kaitkan dengan sejarah bangsa ini, mungkin dapat dikatakan Indonesia bukan lagi tua, tetapi renta.

Melewati 350 tahun penjajahan kolonialisme Belanda , hampir 4 tahun penjajahan Jepang serta pengakuan secara historis-juridis 64 tahun kemerdekaan. Semangat Sumpah Pemuda yang lahir pada tanggal 28 oktober , 81 tahun yang lalu juga masuk dalam sejarah bangsa ini yang semakin renta. Dan sejalan dengan kerentaan bangsa ini, sejalan pula dengan keprihatinan kita untuk kaum muda bangsa ini. Ucapan Soekarno, Presiden pertama Indonesia masih tercatat dalam sejarah bangsa ini, “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan ku goncangkan dunia, jika ada sembilan pemuda lagi, maka Indonesia pasti berubah”. Ucapan Bung Karno yang berkobar-kobar itu selayaknya nyala api obor, seharusnya tidak padam sampai sekarang.

Niat dan kesempatan kaum muda


Sebagai seorang anak muda, yang tentunya masih diperhadapkan dengan berbagai tantangan masa kini, saya merasa harus turut mengambil bagian untuk kemajuan bangsa ini. Tetapi dengan cara apa? Ini pertanyaan yang umum saya pikir. Berpolitik praktis, masuk partai, jadi pegawai negeri, penyanyi, pemain film, ilmuwan, guru, dosen, olahragawan dan segala macam bentuk panggilan hidup. Idealnya begitu kan? Ya, memang idealnya begitu. Dalam tataran cita-cita dan angan-angan, memang seperti itu, tetapi kenyatataan di lapangan, memang berkata lain. Dapat saya katakan yang menghambat dalam pembangunan bangsa ini untuk orang muda adalah niat dan kesempatan. Memang kita tak bisa membandingkan niat para pemuda 81 tahun lalu dengan keadaan pemuda dalam abad milenium ini.

Keadaan waktu itu menghasilkan para pemuda dengan generasi yang penuh idealisme, rela berkorban, semangat juang tinggi, perintis, pelopor dan nasionalis dalam diri Soekarno, Hatta, Sjahrir, ataukah Soetomo. Tetapi coba bayangkan dengan keadaan pemuda sekarang. Membaca hasil jajak pendapat yang di buat oleh Litbang Kompas (23/10/2010), sebagai orang muda, saya juga prihatin.

Menjadi kaya dan popular adalah tujuan dan niat terutama (28,8 % dan 12,2 %) jika di bandingkan dengan keinginan untuk menjadi seorang pemimpin (17,6 %). Hal lain yang menjadi keunikan dan ciri khas pemuda jaman sekarang adalah pragmatis dan apolitis. Pragmatis karena hanya mementingkan tujuan diri sendiri (kepentingan pribadi), kaya, terkenal serta apolitis, kurang berminat untuk terjun di bidang politik, organisasi kemasyarakatan, partai ataukah anggota legislatif. Bukan tanpa bermaksud untuk menganggap remeh perkembangan teknologi dan informasi, tetapi bagi saya inilah juga salah satu faktor yang cukup besar pengaruhnya.

Perkembangan teknologi tidak direspons secara positif oleh kaum muda sekarang. Mungkin secara skala penggunaan teknologi, kaum mudalah yang paling teratas, tetapi untuk ke arah yang positif, niat itu kecil sekali. Dalam tayangan investigasi di salah satu TV swasta beberapa hari yang lalu, di katakan bahwa konten dan situs porno dapat di akses secara bebas lewat handphone oleh pelajar sekolah dasar, seiring dengan menjamurnya layanan internet murah provider selular. Anak-anak sekolah lebih banyak menghabiskan waktunya di warnet untuk membuka situs porno dan game online.

Kita memang tak dapat menghindari arus gelombang kemajuan teknologi dan informasi. Harus di akui, termasuk saya dan anda, mungkin masuk juga di dalam dunia yang baru sekarang, dunia interaksi sosial. Boomingnya situs jejaring sosial seperti Friendster, MySpace, Facebook dan Twitter harus kita akui juga sebagai salah satu faktor yang membuat generasi muda kita menjadi generasi yang mempunyai jiwa dan ekspresi yang bebas untuk berteman, bergaul, berinteraksi (chatting) dengan siapa saja tanpa mengenal batas usia.

Namun, menjadi terbalik keadaanya, ketika teknologilah yang memanfaatkan anak muda kita untuk sesuatu yang negatif. Budaya seperti itulah yang akhirnya mulai mengikis budaya konservatif, yang dianggap kuno, yaitu membaca dan menulis. Buku yang berhubungan dengan pengetahuan sepertinya tidak menjadi menarik lagi (selain komik dan novel) dan menulis untuk sesuatu yang ilmiah mulai tergantikan dengan tangan untuk online (chatting).

Salah satu hambatan terbesar yaitu kesempatan untuk dipercayai. Alasan terutama dalam krisis memberi kesempatan dan kepercayaan ini adalah kurang pengalaman, kurang track record. Padahal, kalau mau dikaji lebih jauh lagi, kelemahan juga terletak pada kaderisasi.

Harus di akui, kaderisasi dalam kepartaian macet total. Kader muncul secara instant, misalnya anak pejabat, artis, pengusaha dan lain sebagainya tanpa melalui mekanisme pembinaan garis kepartaian yang tepat. Mungkin ada sedikit harapan, ketika ada beberapa nama yang setidaknya dapat mewakili orang muda untuk pemerintahan dan bangsa ini. 

Olahragawan muda kita juga banyak mengukir prestasi, seperti Chris John, Taufiq Hidayat ataukah Angeliq Widjaya walaupun dalam banyak kesempatan, pemerintah kurang memperhatikan masa depan mereka. Para sineas muda Indonesia, seperti Riri Reza dan Mira Lesmana, dapat menjadi tolak ukur sebuah kreatifitas orang muda walaupun kemarin mereka sedikit dikecewakan dengan adanya UU Perfiliman yang terasa memasung kreatifitas dan kebebasan berekspresi.

Karakteristik Remaja
 
Karakteristik Sosial

1.       Usia ini adalah usia yang menunjukkan kesetiaan pada kelompok, dengan satu ketakutan  bahwa dirinya berbeda dengan kelompoknya. Remaja mencari persetujuan dari kelompok untuk semua aktifitas.

2.       Remaja mencari lebih banyak kebebasan secara individu dengan suatu ketajaman batin yang baru menunjukkan kwalitas secara pribadi. Weigles menandai: “ Pandangannya menembus tindakan-tindakan yang dihasilkan dan mengambil semangat diantara manusia. Mereka mulai melihat mutu ketajaman batin untuk merasakan nilai hakiki pada kebenaran, iman dan pengorbanan diri. Mereka penuh dengan ambisi dan membuat rencana untuk masa depan.

3.       Keinginan untuk encari uang sering melanda anak remaja pada usia ini, menghasilkan keinginan untuk lepas dari sekolah

4.       Pada usia ini juga sering terjadi pergantian suasana hati. Suatu ketika aktifitas ditunjukkan, sementara lain waktu lesu. Di pagi hari, anak-anak permulaan remaja mungkin baik dengan keinginan hati , sementara di siang hari mereka mungkin tamak. Satu jam mereka jadi egois tiba-tiba  di lain waktu menjadi penakut.

5.       Kejanggalan ini ditunjukkan dalam berbagai cara:a.  Sangat menyukai dan tidak menyukai makanan, menyukai makanan tertentu yang dimakan secara berlebihan. b. Sangat menyenangi olah raga atletik dengan suatu kecenderungan berlebihan. c. Rasa humor yang jelek, anak perempuan cenderung tertawa genit. Anak remaja pada usia ini mempunyai rasa ketertarikan pada lawan jenis.  Ini adalah usia yang bahaya untuk seksualitas dan keinginan berteman. apabila anak remaja tidak dibekali untuk menjalin hubungan secara pribadi. Aktifitas-aktifitas grup pada usia ini seharusnya disponsori oleh mereka anggota klub.   Pengantar yang berhati-hati harus diberikan pada semua aktifitas Klub Remaja yang diadakan diluar seperti Kampore, acara dialam dan sebagainya. 

Karakteristik Kerohanian

1.       Ketertarikan pada hal-hal kerohanian berkurang secara drastis pada usia ini tetapi remaja dipengaruhi oleh tingkah laku teman-teman sepergaulannya.

3.       Ini adalah usia dimana cita-cita untuk pekerjaan seumur hidup sering akan ditentukan. Hal penting dari pegangan sebelum anak-anak remaja ini tentukan nasibnya dalam menyelesaikan perkerjaan.

4.       Akan ada kurangnya kecenderungan dalam usia ini untuk menyatakan perasaannya  pada hal-hal yang bersifat rohani atau keyakinannya.

5.       Sering terjadi pertentangan dengan suara hati.

Menutup tulisan ini, saya mengutip apa yang dikatakan Bung Hatta, dalam salah satu pidatonya yang terkenal, “Fajar Menyingsing” di Lapangan Ikada, Jakarta 11 September 1944. “Pemuda Indonesia engkau pahlawan dalam hatiku!”.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting